Sabtu, 03 Maret 2018

Contoh pidato bahasa Indonesia untuk tugas kelas 9


Rumah Kosong bekas Belanda


Indra sedang bersiap-siap pulang ketika Wawan menepuk pundaknya. "Kita jadi ke rumah kamu kan sekarang?" Tanya Wawan. Indra agak berpikir mencoba mengingat sesuatu. "Kamu kan janji mau main ps4 di rumah kamu. Masak kamu lupa." Wawan mengingatkan.

"Oh iya benar. Maaf. Lupa." Indra terkekeh. "Yaudah ayo, kalau lama nanti ibuku khawatir."

Hari ini, Indra, Wawan, dan Pandu seharusnya bersama-sama pergi ke rumah Indra untuk mengerjakan PR bersama dan bermain ps4 baru milik Indra yang dibelikan Romonya ketika Indra berhasil menjadi Juara Olimpiade Matematika kemarin.

"Aku belum pernah ke rumah kamu. Rumah kamu di mana sih?" Tanya Wawan sambil menendang-nendang batu.

"Di jalan kenari" jawab Indra

Wawan berhenti sejenak. Kemudian berpikir sesaat.

"Jangan bilang kalau ke rumah kamu harus lewat jalan sawo yang ada rumah tua model belanda yang depannya ada pohon beringin?" Tanya Wawan lagi.

Indra yang merasa familiar dengan ciri-ciri yang disebutkan Wawan mengangguk. Indra memang selalu melewati rumah itu karena jalan sawo adalah jalan terdekat dari rumah ke sekolahnya.

"Iya aku selalu lewat rumah itu." Jawab Indra cuek. "Memangnya kenapa?" Indra gantian bertanya.

"Hmm, kalau ke rumah kamu harus lewat jalan sawo ya?" Wawan meringis. Berharap ada jalan lain yang bisa dilalui selain jalan sawo.

"Bisa lewat jalan salak. Tapi jauh ah. Nanti ibuku keburu nyariin."
Indra melanjutkan jalannya. Tapi karena Wawan memohon supaya tidak lewat jalan sawo, akhirnya Indra menyerah dan mengalah.


....

"Permisi. Ibuu. Indra pulang." Indra melepas sepatu dan segera mencari ibunya di dapur. "Ibu, ada teman Indra mau main." Kata Indra. Indra dan Wawan mencium tangan ibu Indra yang sedikit bau ikan goreng.

"Kok lama banget dek pulangnya?" Tanya ibu. "Abis dari mana?"

"Tadi pulangnya muter dulu bu, lewat jalan salak." Jawab Indra sambil mengambil gelas untuk dua orang.

"Yaampun dek. Kok jauh banget? Kenapa gak lewat jalan biasa aja?" Tanya ibu lagi.

"Wawan gamau bu lewat jalan sawo. Gatau kenapa." Jawab Indra lalu kemudian menyusul Wawan di ruang TV.

....

Tak terasa Indra dan Wawan bermain sampai malam. Setelah menyelesaikan PR hari ini dan bermain PS4 punya Indra, Wawan bersiap-siap pulang.

"Seru banget hari ini. PS kamu keren banget, Indra." Wawan mengecek kelengkapan buku-bukunya supaya tidak tertinggal di rumah Indra. "Sayang banget Pandu tidak bisa ikut."

"Iya, mau bagaimana lagi. Rumah neneknya Pandu abis kemalingan. Kasihan neneknya jadi sakit karena kaget rumahnya kemasukkan maling. Pandu harus temani neneknya." Kata Indra sambil merapihkan gelas dan bekas makanan. "Eh iya, kamu kenapa sih gamau lewat jalan sawo? Takut sama rumah belanda itu?." Indra penasaran.

"Masak kamu tidak tahu, Ndra? Di sekitaran rumahku sudah ramai loh. Rumahnya berhantu. Siang pun suka muncul. Makanya aku takut." Wawan menjawab jujur. Indra tertawa karena jawab Wawan dan kejujurannya takut hantu.

"Hahaha, bohong kali." Indra tertawa. Indra memang tidak biasa percaya hantu. Apalagi hantu yang muncul di siang hari.

Wawan melanjutkan ceritanya. Ternyata kabar burung tersebut masih baru beredar. Bahkan warung nasi goreng yang ada di jalan Sawo terpaksa harus tutup sementara karena orang sedang tidak mau lewat jalan tersebut karena takut.

"Oh pantas. Kak Juno waktu itu dua kali beli nasi goreng tutup terus." Kata Indra. "Gara-gara itu toh."

Tidak lama setelah bercerita panjang, Wawan pulang diantar pak Didim, ojek langganan kakaknya Indra, kak Juno. Indra dan kakaknya tertawa lagi setelah Indra menceritakan kembali cerita Wawan.

"Teman-teman kakak juga banyak yang percaya, dek." Kata kak Juno. "Sayang deh, padahal warung nasgor yang di sana enak banget nasgornya." Kata kak Juno lagi.

....

Indra jalan terburu-buru. Jam di handphonenya sudah menunjukkan jam setengah sepuluh malam. Indra sedikit kesal karena pulang telat. Kalau bukan karena lesnya lama, Indra tidak akan pulang semalam ini. Lagipula kalau pulangnya tepat waktu Indra masih bisa pulang bersama Andri, tetangga Indra yang juga les di tempat yang sama.

Indra sedikit berlari kecil karena sudah ingin sekali pulang. Rasanya mau cepat-cepat tidur. PRnya dikerjakan besok pagi saja, batin Indra.

Srek.. srek

Indra memelankan langkahnya.

Srek.. srek

Indra tiba-tiba sadar kalau ia sedang berada di depan rumah belanda.

Srek..srek

Indra mencoba mendekati rumah tersebut. Indra yakin kalau tadi ia mendengar sesuatu. Ia mencoba memegang handphonenya, menerangi jalannya dengan sinar dari handphonenya.

Kemudian, sedikit terkejut, Indra melihat bayangan di dalam rumah. Masak sih benar kata Wawan, kata Indra dalam hati. Indra berdebar, takut sesuatu tiba-tiba mengejutkannya. Ia mencoba melangkah dengan hati-hati. Berusaha melihat ke dalam rumah tanpa jendela tersebut.

Bayangan hitam tadi bertambah menjadi dua. Indra mencoba menyenterkan sinar handphonenya ke dalam rumah. Sesaat, Indra lupa kalau tadi ia buru-buru ingin pulang.

BRUGG!!

Suara barang berat yang dijatuhkan mengagetkan Indra. Indra jatuh terduduk sambil memejamkan mata. Mencoba membaca doa yang ia bisa. Tanpa sadar tangannya menekan-nekan handphonenya. Setelah tenaganya terkumpul kembali, Indra berdiri kemudian lari sekencang-kencangnya ke rumah. Berharap rumah tinggal lima langkah saja.

Sampai rumah, Indra gemetaran membuka pintu gerbang. Dadanya masih bergemuruh karena rasa takut dan capek karena lari tidak beraturan.

Romo masih terbangun bersama kak Juno menyambut di depan pintu. Romo yang semula ingin bertanya kenapa Indra pulang terlambat, jadi berganti pertanyaan melihat Indra sedikit gemetar dan terengah-engah di teras rumah.

"Kenapa dek?" Tanya kak Juno.

Indra mencoba tenang dan menjawab pertanyaan kakaknya.

"Di.. di rumah belanda kak." Napas Indra masih terengah-engah. Tangannya masih menggenggam erat handphone. "Aku denger.. denger suara. Aduh bentar. Aku capek nih,"

"Itu handphone lepas dulu dek, remuk ntar," kata kak Juno bercanda.

Indra melepaskan handphonenya dan menaruhnya. Indra diam sejenak sampai ia dan kakaknya sadar kalau handphonenya sedang dalam mode kamera.

"Kamu foto-foto di rumah belanda dek?" Canda kak Juno. Kak Juno mengambil handphone Indra dan kemudian tersadar kalau Indra tadi memang benar mengambil foto.

"Astaga" kak Juno kaget melihat gambar yang diambil Indra. Romo ikut melihat foto tersebut.

Malam itu juga, Romo dan Indra pergi ke rumah pak Rudi, Ketua RT di lingkungan rumah Indra. Melaporkan kejadian tidak sengaja malam itu kepada pak Rudi. Ternyata, di foto yang Indra tangkap terdapat dua orang yang sedang menaruh karung di pojok ruangan rumah belanda tersebut.

Berdasarkan foto tersebut, tidak lama tertangkap pelaku yang mencuri di rumah warga, bahkan termasuk rumah nenek Pandu yang sudah membuat resah warga selama berminggu-minggu. Yang tak disangka, pak Didim, ojek langganan kak Juno juga menjadi pelaku pencurian di rumah-rumah warga.

Barang curiannya sengaja disimpan di rumah belanda yang sudah kosong puluhan tahun. Kemudian menyebarkan rumor hantu supaya tidak ada orang yang masuk ke rumah tersebut. Rumor hantu lama-lama hilanh dan jalan sawo kembali ramai seperti semula.

"Untung kamu pulang telat ya dek waktu itu, hehehe" kata kak Juno pulang beli nasi goreng masuk rumah sambil terkekeh. Lagian kamu kok bisa malah foto-foto?"

"Yee. Gak sengaja kali kak. Aku juga takut banget sebenarnya. Refleks pencet pencet handphone, eh, tidak tahunya malah kepencet kamera." Sahut Indra.

"Pasti pulangnya sambil main handphone ya?" Ejek ibu bercanda. Indra mendengar itu hanya terkekeh malu-malu.

"Dasar emang kids jaman now" timpal Romo


-End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contoh cerpen bahasa Indonesia kelas 9

'You say hello, inside i'm screaming i love you' Iya. Itu quote yang tepat pagi ini. Vero bertanya-tanya mimpi apa dia semala...